Senin, 25 Maret 2013

Rencana Mou antara PBNU dan Muhammadyah dengan Vatikan


Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) yang rencananya akan dilaksanakan pada  akhir tahun ini antara dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) dengan Vatikan diharapkan menjadi terobosan penting dalam membangun mediasi dan dialog antara Islam dan Katholik untuk lebih meningkatkan lagi toleransi beragama keduanya.

Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin, seperti dilansir dari republika.co.id, kepada VOA mengatakan nota kesepahaman ini  bertujuan untuk  mengintensifkan dialog antar agama khususnya Islam dan Katolik, dan juga melakukan aksi kemanusiaan secara bersama. Selain itu, penandatanganan nota kesepahaman (MoU) tersebut perlu dilakukan karena kedua agama ini terdapat ketegangan bersifat historis. | Image: ukki.eepis-its.edu

Ketegangan antara kedua agama ini seringkali muncul, terjadinya salah pengertian dalam misi-misi dakwah maupun pembangunan rumah ibadah yang juga disulut faktor kesenjangan sosial maupun ekonomi, telah menjadikan ketegangan ini ibarat api dalam sekam yang akhirnya berujung konflik.

Indonesia yang merupakan mayoritas berpenduduk muslim dan juga merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, namun juga negara yang menjamin toleransi beragama kepada penduduknya, hendaknya lebih resfek lagi menjaga tolerasi beragama untuk menjaga keutuhan NKRI, apalagi jika konflik beragama terjadi pada agama-agama yang resmi diakui  pemerintah.

Pada kesempatan lain, Din Syamsudin juga memberikan pandangannya tentang hubungan antara Islam dan Kristen, ;
“Mungkin karena kedua agama ini bersifat misionaris, ada ajaran dakwah dalam Islam, ada ajaran misi dalam Kristen. Nah, kalau itu dilaksanakan tanpa saling pengertian seperti penyiaran agama, pembangunan rumah ibadat memang sangat potensial menimbulkan ketegangan terutama dipicu oleh kecemburuan sosial dan juga kecemburuan ekonomi. Nah, masalah ini harus kita hadapi bersama-sama,” 
Selanjutnya Din memberikan menyimpulkan :
“Oleh karena itu para elite agama, ormas-ormas keagamaan harus punya wawasan kearifan dan kebijaksanaan untuk dialog. Dan dialog itu, haruslah selalu untuk menyelesaikan masalah. Masalah yang ada tidak ditutup-tutupi tetapi harus dibuka untuk diselesaikan,”
Perbedaan yang terjadi diantara Islam dan Kristen hingga menimbulkan ketegangan dan salah pengertian, mungkin adalah wajar-wajar saja, mengingat agama merupakan sendi keyakinan yang selalu dipertahankan setiap orang beragama.  Namun, hal yang harus dijaga adalah perbedaan pendapat tetap harus menjaga tolerasi diantara para pemeluk agama.  Meluapkan ketegangan dan salah pengertian dengan cara anarkis, justru hanya akan menistakan keyakinan itu sendiri
.
Dialog maupun rekonsiliasi diantara pemuka agama hendaknya terus digiatkan dan  jangan sampai bersifat temporer, tapi terus menerus untuk meminimalisir ketegangan maupun salah pengertian diantara kalangan umat beragama terutama Islam dan Kristen. | Referensi |

0 komentar:

Posting Komentar