Beberapa saat lalu, prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Kompi Zeni TNI Kontingen Garuda (Konga) XXXII-B/MINUSTAH (Mission des Nations Unies pour la Stabilisation en Haïti), yang tengah melaksanakan tugas sebagai pasukan perdamaian PBB membangun kembali jembatan konstruksi beton di atas sungai Saint Arment, wilayah Gonaives, Haiti. Jembatan yang sempat rusak akibat terkena dampak bencana gempa bumi di Haiti dibangun dengan penuh semangat dan kerja keras dilapangan oleh para prajurit TNI.
Sebelumnya pada Desember 2012 seperti yang dilansir dari Tribunnews.com, Minggu (6/1/2013), Satgas Kompi Zeni TNI telah berhasil membangun dua buah jembatan yang diperuntukan khusus bagi para pejalan kaki," ujar Dansatgas dalam keterangan persnya. Sedangkan jembatan konstruksi beton di atas sungai Saint Arment tersebut diharapkan pembangunannya dapat selesai tepat pada waktunya yaitu 17 Januari 2013. Direncanakan, jembatan tersebut akan diresmikan oleh Staf Representatif Security General (SRSG) MINUSTAH yang dijabat oleh Mr. Mariano Fernandez pada tanggal 19 Januari 2013. (Foto Badarudin Bakri Badar, fokusjabar.com)
Kegiatan prajurit TNI di Haiti ini memang merupakan prestasi tersendiri bagi Kontingan Garuda (Konga) dalam misi perdamaian PBB di Haiti. Namun apakah prajurit TNI juga punya kepedulian dengan rakyatnya sendiri?. Indonesia merupakan negara yang masih sering diliputi oleh bencana alam dengan frekuensi tinggi seperti : gempa, banjir, tanah longsor maupun gunung meletus. Sudah pasti berapa banyak infrastruktur masyarakat yang rusak akibat bencana alam ini. Sampai kapan masyarakat diminta bersabar dan menunggu perbaikan infrastruktur dari pemerintah?
Berita tentang jembatan rusak yang ada di Indonesia ini bahkan telah menjadi sorotan media di Inggris, seperti yang dilansir dari media Thesun.co.uk, dimana dalam laporan yang diceritakan ada satu jembatan yang membentang diantara dua desa yang ada di pulau Jawa, Indonesia. Pada foto yang tampilkan, jembatan itu tergantung di ketinggian 8 kaki, dan hanya dilapisi dengan papan kayu. Masyarakat yang tinggal di sana lebih memilih untuk menggunakan jembatan yang kondisinya sudah reot daripada harus berjalan memutar sejauh tiga kilometer untuk bisa menyeberang dari Desa Suro ke Desa Plempungan.
Mungkin puluhan atau ratusan jembatan di Indonesia mengalami kerusakan parah akibat bencana atau usia yang sudah tua, kalau pemerintah mau lebih agresif lagi mengatasi persoalan infrastruktur masyarakat ini mungkin tidak ada salahnya menggunakan jasa prajurit TNI. Kalau satu kompi saja seperti Kompi Zeni TNI (Konga) XXXII-B/MINUSTAH mampu membangun dua buah jembatan, berapa kompi TNI yang ada di Indonesia yang bisa dipakai jasanya untuk membangun puluhan atau ratusan jembatan rusak yang merupakan sarana vital bagi masyarakat.
Kemanunggalan TNI dengan rakyat, akhir-akhir ini semakin berkurang, upaya untuk lebih meningkatkan hubungan baik antara warga sipil dan militer memang sejauh ini hanya bisa dilaksanakan dengan kemanunggalan TNI dan warga sipil. Harapan respon positif dari pemerintah untuk mengupayakan perbaikan atau rekonstruksi jembatan rusak tentu akan lebih meningkatkan lagi pertumbuhan ekonomi rakyat yang tak boleh dibatasi oleh sarana transportasi yang rusak atau bermasalah.
Tentunya hal yang penting bagi TNI, menunjukkan kemampuan positif bagaimana memberikan bantuan untuk masyarakat internasional, juga jangan sampai mengabaikan hak-hak rakyat sendiri yang juga butuh rasa aman dan tentram menjalani hidup secara harfiah berjalan di atas jembatan dengan rasa aman dan tentram tanpa merasa takut diri celaka akibat bangunan jembatan yang rusak atau sudah mulai lapuk. Bukankah sudah merupakan tugas TNI untuk menjaga rasa tentram dan aman bagi masyarakat tanpa teror yang mematikan termasuk jembatan rusak?.....
Related post :
mantab
BalasHapusSalut dan bangga saya kepada TNI.
BalasHapus