Sabtu, 17 November 2012

Berbagi Cerita tentang Universitas Islam Moskow


Oleh : Indra Kurniawan | 03-Nov-2012, 21:01:01 WIB |
http://www.kabarindonesia.com/

Kalau sekilas membayangkan judul di atas lalu membandingkan dengan sebuah Sekolah Dasar (SD) di Indonesia, mungkin pembaca akan berkesimpulan Universitas Islam Moskow tak jauh berbeda jumlah mahasiswanya dengan siswa SD dari kelas 1 hingga 6. Terlebih membandingkannya dengan sebuah universitas Islam di Indonesia, angka 300 barangkali setara dengan jumlah mahasiswa satu jurusan.



Tapi yang ingin penulis kabarkan bukanlah jumlah mahasiswanya, melainkan fenomena menarik di balik keberadaan kampus Islam di kota suatu negeri yang pernah melarang warganya beragama. Diakui atau tidak, masih ada sebagian masyarakat Indonesia yang menganggap Rusia itu komunis. Padahal negara dengan luas wilayah terbesar di dunia ini sudah meninggalkan paham komunis dan ateisnya. 
Rusia pasca keruntuhan Uni-Soviet agaknya tengah dibangun menjadi sebuah negara “Rusia Baru” yang demokratis. Revolusi yang terjadi di akhir dekade abad XX telah membawa kehancuran Uni Soviet yang sudah dibangun selama kurang lebih 7 dasawarsa. Kurun waktu yang panjang bangsa Rusia secara intens bersentuhan dengan nilai-nilai religi memberikan fundamen religiusitas bangsa ini. Inilah sebabnya kenapa dalam kurun waktu 7 dasawarsa (70 tahun) sistem komunisme yang berusaha memaksakan nilai-nilai ateistik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara menemui kegagalan. Hal ini karena faktor pemaksaan yang dominan ketimbang proses pencerahan. 

Rusia dewasa ini adalah sebuah negara dengan beragam etnis, agama dan kepercayaan. Agama dan aliran kepercayaan tumbuh dalam masyarakat Rusia. Kebebasan beragama dijamin oleh konstitusi. Kecenderungan kehidupan beragama justru lebih menonjol di kalangan generasi muda, lebih dari 60 persen dari mereka yang mengaku beragama berasal dari kalangan umur 22-50 tahun, dengan tingkat pendidikan menengah 55 persen dan berpendidikan tinggi 32 persen. 

Selain kebebasan menjalankan aktivitas ritual keagamaan, kehidupan di Rusia juga didorong dengan diperbolehkannya kegiatan politik para kelompok-kelompok beragama. Keberadaan organisasi ini mendorong upaya ” pengenalan kembali ” agama dalam kehidupan masyarakat Rusia. Upaya ini tentu saja membawa dampak positif bagi revitalisasi kehidupan beragama di Rusia. 

Saat ini penduduk Rusia memeluk agama. Sekitar 55 persen beragama Kristen Ortodoks, 19 persen beragama Islam, sementara agama-agama lain seperti Katolik 5,5 persen, Protestan 3 persen, Yahudi 0,2 persen dan beberapa aliran kepercayaan (data pusat riset, Mchedlov, Moskow).

Rusia kini, dengan agama Islam terbesar kedua, menyimpan segudang teka-teki dan membuat siapa pun penasaran. Bersama para petualang berbagai universitas di Rusia, di antaranya Ustad Kusen Al Cepu, dari Universitas Negeri Belgorod, Septian Lesmana Sitorus dari Universitas Minyak dan Gas Gubkin Moskow, dan Reza Istoni dari Universitas Negeri Teknik Belgorod, penulis menyusuri tiap jengkal bumi Rusia untuk membunuh rasa penasaran akan kampus Islami di kota Moskow berada.

Perjalanan panjang setelah sekian kali transit di beberapa stasiun metro (kereta bawah tanah) terasa mengasyikkan walau diselimuti hawa dingin. Untuk sampai ke kampus di pinggiran kota Moskow yang beralamat di Proezd Kirova Gedung 12, kami berjalan kaki dari stasiun metro люблино( baca: lyblina). Gedung universitas tidak tampak dari jalan raya, apalagi tepat di depan pintu gerbangnya ada sebuah restoran Rusia yang menampilkan gambar babi gemuk. Papan nama kampus baru jelas terlihat ketika kami berada di pintu gerbang. 

Kedatangan kami langsung disambut hangat oleh para petugas keamanan di pos jaga padahal cuma mengucapkan, “Assalamu alaikum, kami dari Indonesia.” Tanpa melalui pemeriksaan yang berbelit-belit, kami dengan mudah diizinkan bertemu langsung dengan rektor. Ketika menyambut kami di ruang kerjanya, keakraban di hari pertama bertamu semakin terasa setelah rektor, Damir Khairetdinov, menyapa dengan bahasa Indonesia yang fasih.

“Apa kabar orang Indonesia?” Kami sempat terkejut mendengarnya, kemudian menjadi tahu ternyata beberapa dosen, mahasiswa dan rektor sendiri pernah belajar agama Islam di Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, Indonesia. 

Dalam perbincangan menggunakan bahasa Rusia, Inggris, Arab dan sedikit bahasa Indonesia, kami saling bertukar informasi banyak hal. Ada satu keheranan wakil rektor, Rais Izmaylov, ketika menyaksikan kuburan muslim di Indonesia yang ditaburi aneka kembang seperti tradisi orang Hindu. Tradisi keagamaan masyarakat Islam Indonesia lainnya juga dianggap unik. Selain bercerita satu sama lain, kami sempatkan melihat-lihat bagian dalam kampus. Tak cukup sekali kami berpas-pasan dengan mahasiswi bermata biru dan berwajah khas Rusia yang berkerudung. Merupakan fenomena menarik yang tidak kami temukan di tempat lain. 

Universitas Islam Moskow atau Московский Исламский Университет (МИУ) didirikan pada tahun 1999, awalnya adalah Perguruan Tinggi Agama Islam Moskow yang berdiri pada tahun 1994 oleh Lembaga Agama Islam Eropa bagian Rusia. Tujuan pendidikan kampus ini adalah mempersiapkan calon teolog, guru ilmu-ilmu Islam, ahli berbagai ilmu Islam dan ilmu umum. Universitas ini memiliki izin No. 0143 sejak tgl 7 September 2010 dari Kementrian Pendidikan Federasi Rusia untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar di lingkungan pendidikan dan tengah mengembangkan penelitian yang diperlukan guna memperoleh akreditasi. 

Universitas Islam Moskow bukan institusi perguruan tinggi negeri setelah memperoleh akreditasi akan mengeluarkan ijazah negara kepada lulusan yang telah menamatkan pendidikan dan menyelesaikan semua perkuliahan, serta praktek di organisasi keagamaan. Selain itu, universitas ini menyelenggarakan pelatihan sesuai standar Kementrian Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Federasi Rusia. Perkuliahan tatap muka diadakan setiap hari dan kegiatan korespondensi di malam hari serta dilengkapi kelas jarak jauh bagi yang membutuhkan. 

Sementara Universitas Islam Moskow hanya membuka program strata 1 (satu) / bachelor. Adapun secara umum, mata kuliah di universitas ini dibagi menjadi tiga kategori: Mata kuliah khusus(agama); kajian ayat suci Alquran, tafsir Alquran, kajian dan tafsir hadist, sejarah nabi, ibadah, akidah, muamalat, dakwah, dan akhlak. 

Mata kuliah umum; sejarah khalifah Arab dan dinasti Ottoman, Islam kontemporer, filsafat Islam, ekonomi Islam, budaya Islam, pendidikan Islam, sejarah pemikiran Islam di Rusia. Mata kuliah sosial dan lainnya; sejarah tanah air, filsafat, psikologi, pedagogi, ekonomi, informatika, hukum, dan sejarah agama-agama. Di universitas ini, para mahasiswa mempelajari aneka bahasa, yaitu Arab, Rusia, Inggris dan Turki. Selama pendidikan berlangsung, para mahasiswa harus melewati ujian bahasa dan keterampilan lain yang diselenggarakan lembaga pendidikan asing seperti Mesir, Siria, dan Turki.

Sampai saat ini para lulusan Universitas Islam moskow bekerja di organisasi keagamaan, konsultan, penggiat dakwah di media, mengelola masjid dan sekolah. Jangkauan dakwah para lulusan universitas ini di antaranya; Yaroslavl, Vologda, Tver, Kostroma, Novgorad, Moskow, Penza, Rostov, Udmurtiya, Tatarstan, Bashkorstana, Ukraina, Kazakhtan dan Finlandia. Sebuah pencapaian luar biasa untuk ukuran kampus Islam yang tergolong baru di Ibukota Rusia. Fakta menarik dan lebih luar biasa mungkin akan terkuak jika menyelusuri kota selain Moskow atau semua republik di Federasi Rusia. 

Kunjungan kami (Senin, 29 Oktober 2012) tidak berlangsung lama, setelah menunaikan salat Asar kami berpamitan. Sebagai bentuk kebahagiaan karena di kunjungi tamu dari negeri tempat rektor dan beberapa dosen pernah menimba ilmu, pihak rektorat menghadiahi beberapa buku. Kami balas memberi cindera mata dari Kota Cirebon dan jajanan khas Indonesia, wajik ketan. Pihak kampus berharap kesediaan kami untuk mengisi khutbah dan kegiatan keagamaan lainnya. 

Selain itu pihak rektorat juga mempersilahkan kegiatan penelitian dan kerja sama lebih luas. Penulis sendiri bergumam dalam hati, "Kini muslim Rusia sedang menimba ilmu dan mencontoh praktik keagamaan muslim Indonesia. Pantaskah kita menjadi contoh bagi masyarakat lain di dunia? Apakah kelak gantian muslim Indonesia yang mencontoh Muslim Rusia?" (*)

Penulis adalah mahasiswa RUDN, Moskow
Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/
Alamat ratron (surat elektronik): redaksi@kabarindonesia.com

0 komentar:

Posting Komentar