Senin, 04 Juni 2012

Hidup yang bertahan

Pribadi yang tangguh selalu berusaha untuk mempertahankan hak-hak dirinya tak terkecuali hak untuk hidup dan menjalani hidup dengan rasa aman dan damai.  Manusia Sebagai makhluk sosial, tentunya antara satu sama lainnya tentulah tidak jauh berbeda dalam usaha menjalani hidup.  Kemajuan suatu kaum selalu dimulai oleh seorang yang memiliki pribadi tangguh, dan menjadi panutan bagi pribadi yang lain.

Manakala seseorang mengalami tekanan dan cobaan berat, selalu saja ada dalam fikiran terlintas tentang harapan dan keinginan kuat yang sudah lama direncanakan, mulai pupus dan terabaikan karena perhatian hanya terfokus pada tekanan dan cobaan yang datang.  Kreatifitas dan moralitas diripun mulai bergeser turun pada kondisi fana.  Ini tentunya akan menggrogoti semangat seseorang secara perlahan-lahan, mulai mengabaikan hak-hak sendiri dan semakin menuju pada kondisi stress dan frustrasi. 

Berdamai dengan masa lalu, membiarkan tekanan dan cobaan mengeksplorasi hidup kita maupun menyimpan pengaruh rasa malu, takut dan terasingkannya diri akibat tekanan dan cobaan yang datang, mungkin hanyalah sebuah retorika belaka, dimana kenyataannya sangatlah sulit untuk diaplikasikan dalam tindakan nyata.  Namun perlu untuk disadari bahwa hidup jauh lebih berarti dari apa yang telah kita terima.

Hidup diciptakan oleh yang Maha Hidup untuk dijaga dan dihormati.  Tidaklah mungkin sang pencipta hidup menghendaki kematian dari apa yang diciptakannya, kecuali semata-mata untuk memperlihatkan kepada hidup yang tercipta bahwa Dia sang Maha Hidup tidak pernah mati sedangkan yang diciptakan hidupnya bisa dimatikan oleh yang menciptakan.  Dia yang menghidupkan dan Dia yang mematikan.  Ini tentunya tidak akan menjadi alasan bagi seseorang untuk tidak menghargai dan menghormati hidup. 

Menginginkan kematian akibat beratnya tekanan dan cobaan ataupun takut menghadapi kematian karena hidup yang telah banyak memberikan kenikmatan maupun kebahagiaan, tentunya akan menggugat nilai hidup itu sendiri, yang sebenarnya urusan mati tetap menjadi urusan sang pencipta.  Sebagai manusia yang berkepribadian tangguh, hendaknya disadari bahwa kita diberikan hidup untuk dijalani dan dihormati tanpa menggugat hak-hak hidup itu sendiri dengan alasan apapun.

Manakala seseorang memutuskan untuk melakukan perlawanan akibat hidupnya terancam, seperti melakukan peperangan, banyak anggapan orang tersebut hanyalah membunuh dirinya sendiri.  Padahal orang tersebut berperang bukan mencari mati, tapi untuk mempertahankan hidupnya dari ancaman luar, meskipun pada akhirnya mengancam hidupnya sendiri dan orang tersebut telah menjaga hak-hak hidupnya dan kematian baginya bukan urusan diri lagi tapi sudah menjadi urusan sang pencipta.  Tidak takut mati untuk alasan menjaga kehormatan hidup tanpa mengabaikan hukum-hukum Tuhan adalah yang diharapkan bagi setiap orang untuk menjadikan dirinya manusia yang berkepribadian kuat dan tangguh dalam menajalani hidup dan kehidupan yang cuma sebentar ini.

Seiring waktu yang terus berjalan diantara siang dan malam yang silih berganti, tentunya kita tidak ingin hidup dan kehidupan yang sudah berjalan baik menjadi rusak oleh nilai-nilai egoisme dan kesombongan hati dan fikiran kita sendiri dan mengabaikan kaidah-kaidah dari sang pencipta.  Harapan kita semoga apa yang kita jalani tentunya mendapat ridho dari sang pencipta hidup.

0 komentar:

Posting Komentar