Prilaku keji dan tidak patut sebenarnya untuk dikupas dalam bentuk opini apapun, tentang tiga anggota pegiat Femen yang membakar bendera bertuliskan kalimat syahadat di luar Masjid Agung di Ibu Kota Paris enam hari lalu. Mereka membakar bendera itu sebagai ungkapan menentang penindasan terhadap kaum perempuan di negara-negara muslim.
Entah apa yang ada dipikiran perempuan-perempuan Femen itu, mereka lupa tidak selalu persoalan kecil seperti perempuan asal Tunisia bernama Amina Tyler yang terancam dihukum negaranya karena mengunggah foto telanjang dada dirinya di laman situs media sosial Facebook, yang akhirnya menumpahkan kebencian perempuan Femen itu tehadap simbol agama. Padahal itu hanyalan persoalan aturan sebuah negara yang memang kebetulan mayoritas muslim.
Meski mengatas namakan perempuan, namun cara yang mereka gunakan justru semakin memperlihatkan tidak bermoralnya kaum perempuan yang hanya semakin meningkatkan kekerasan terhadap kaum perempuan saja. Seperti pernyataan salah anggota Femen yang dilansir dari merdeka.com,
"Kami bebas, kami bugil, ini hak kami, ini tubuh kami, ini aturan kami, dan tak seorang pun bisa memperalat agama, dan simbol suci lainnya untuk menganiaya perempuan dan menindas mereka," kata anggota Femen Alexandra Shevchenko kemarin di depan masjid di Berlin di tengah suhu udara yang hampir membeku.
Pernyataan itu sah-sah saja secara pribadi, namun perlu diketahui ada orang yang juga butuh kesopanan dan moral dihargai, karena apa? ada orang yang juga berani bertindak lebih kejam lagi manakala hak mereka untuk mendapatkan etika dan moral yang baik, terganggu oleh kelakuan orang-orang tidak bermoral seperti ditunjukkan oleh perempuan Femen itu.
Setiap orang punya hak untuk menumpahkan keinginan dan kemauan sendiri-sendiri, bebas dan bebas. Jika perempuan menyatakan mereka bebas bertingkah apa saja, jangan salah, kalau ada nantinya orang lain yang juga berhak menyatakan mereka juga bebas bertindak keras apa saja terhadap mereka yang menentang hak moral dan etika yang mereka inginkan apalagi yang berkaitan dengan kehormatan agama, seperti membakar simbol-simbol agama, dimana agama sendiri merupakan sarana pembinaan akhlak dan moral.
Jelaslah sudah, menyuarakan kebenaran atau demokrasi dengan cara tidak bermoral dan beretika, hanya akan mendapat respon dari orang-orang yang sama tidak bermoral dan beretika juga. Dengan kata lain protes yang ditunjukkan oleh perempuan Femen itu hanyalah sia-sia belaka yang ujung-ujungnya hanya akan menambah persoalan baru yang lebih parah lagi tentunya. Jadi, apa sekarang bedanya femen sama preman ?
Masya Allah..maaf sob,kalau saya hanya bisa melaknat wanita-wanita yang terlibat diatas sob.
BalasHapussemoga saja tidak ada wanita lain yang ikut-ikutan menjadi gila seperti yang mereka lakukan