Saya mencoba untuk memahami tentang rencana pembangunan PLTN di Indonesia oleh Badan Atom Nasional Korea Selatan. Dari 33 propinsi di Indonesia, Kalimantan Tengah dipilih untuk rencana pembangunan PLTN atas dasar pertimbangan potensi sirkon (zirconium : bahan padat yang mengandung uranium sebagai bahan baku nuklir ) yang dimiliki oleh Kalimantan Tengah melebihi batas dari syarat pembangunan sebuah reaktor nuklir (B.post,6/4).
Untuk jelasnya, akan lebih baik jika kita ketahui terlebih dahulu sejarah dan asal-usul daya nuklir tersebut. Reaktor nuklir pada awalnya merupakan sebuah aktifitas alam terjadi secara alamiah. Reaktor nuklir alam ini biasa disebut reaktor fisi nuklir alami.
Lima belas reaktor fisi nuklir alami telah ditemukan di tambang Oklo, Gabon, West Africa. Pertama ditemukan pada tahun 1972 oleh ahli fisika Perancis Francis Perrin. Reaktor alami ini dikenal dengan sebutan Reaktor Fossil Oklo. Reaktor-reaktor ini diperkirakan aktif selama 150 juta tahun, dengan daya keluaran rata-rata 100 kW. Bintang-bintang juga mengandalkan fusi nuklir guna membangkitkan panas, cahaya dan radiasi lainnya. Konsep reaktor nuklir alami diajukan pertama kali oleh Paul Kuroda pada tahun 1956 saat di Universitas Arkansas. Reaktor nuklir pertama dibangun pada tanggal 2 Desember, 1942 di Universitas Chicago File-1 oleh Enrico Fermi dan Leó Szilárd ].
Meningkatnya ilmu pengetahuan manusia di pertengahan abad 20, termasuk riset dan penelitian reaktor nuklir yang menghasilkan plutonium sebagai bahan baku senjata militer.
Pada 20 Desember 1951, listrik dari generator yang digerakan oleh tenaga nuklir pertama dihasilkan oleh Experimental Breeder Reactor-I (EBR-1) di Arco, Idaho. Kemudian pada 26 Juni 1954, pukul 5:30 pagi, PLTN pertama dunia utnuk pertama kalinya mulai beroperasi di Obninsk, Kaluga Oblast, USSR. PLTN ini menghasilkan 5 megawatt, cukup untuk melayani daya 2,000 rumah. (kutipan : Wikipedia)
Kecelakaan dan musibah reaktor nuklir yang pernah terjadi :
Pada saat masyarakat internasional sedang gencar-gencarnya berkampanye menentang pembangunan reaktor nuklir, Pemerintah Indonesia justru mendukung proyek pengembangan PLTN oleh Badan Atom Nasional Korea Selatan di Indonesia. Hendaknya Pemerintah bisa lebih realistis lagi dalam kebijakan teknologi tinggi seperti PLTN ini, meskipun biaya mulai dari perencanaan hingga pembangunan di biaya oleh Pemerintah Korea Utara, namun kebijakan ini tentunya akan mendapat reaksi dari manapun.
Harapan saya semoga Pemerintah lebih bijaksana lagi mengambil sikap dan tetap memperhatikan suara masyarakat baik nasional maupun internasional.
Related post :
0 komentar:
Posting Komentar